Kunci Sukses Raih Beasiswa Fulbright Ke AS
Beasiswa Fulbright dari pemerintah Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu jalan bagi pelajar Indonesia kuliah di Negeri Paman Sam. Setiap tahun, ribuan pelamar mendaftar beasiswa ini. Namun, hanya puluhan yang berhasil berangkat. Tahun ini misalnya, hanya 77 pelamar yang berhasil lolos diterima di kampus-kampus AS.
Public Relations and Alumni Coordinator American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF), Miftahul Mardiyah mengatakan, kuota beasiswa Fulbright per tahun sebenarnya mencapai 200 orang. Sayangnya, yang memenuhi kualifikasi hanya puluhan. Kebanyakan mereka gugur di tengah proses seleksi.
“Setiap tahun batas akhir pendaftaran beasiswa Fulbright adalah 15 April. Pelamar akan menjalani proses seleksi berkas, wawancara, tes TOEFL iBT dan GRE atau GMAT, pendaftaran universitas, baru akhirnya pengumuman penerimaan,” ujarnya di acara Pre Departure Orientation (PDO) penerima beasiswa Fulbright, belum lama ini.
Perempuan yang akrab disapa Mita itu menuturkan, sampai tahap wawancara masih banyak pelamar yang lolos. Namun, memasuki tes TOEFL iBT dan GRE atau GMAT banyak pendaftar yang gugur. Padahal, AMINEF memberi kesempatan tiga kali tes, termasuk menanggung biaya tes tersebut.
“Kami juga menanggung biaya transportasi dan uang saku bagi pelamar dari daerah. Tetapi ternyata banyak yang tidak lolos di tes iBT TOEFL,” sebutnya.
Untuk itu, dia menyarankan agar peserta melakukan persiapan jauh-jauh hari sebelum tes dengan ikut kursus. Sebab, skor tersebut diperlukan untuk proses pendaftaran ke universitas. Semakin tinggi skor, maka aplikasi ke universitas di Amerika akan semakin kompetitif.
Selain tes TOEFL dan GRE atau GMAT, kebanyakan pelamar beasiswa juga gugur pada tahap mendaftar kampus. Mita mengungkapkan, setiap pelamar diberi kesempatan memilih empat kampus sekaligus. Namun, karena tak cermat memilih, mereka akhirnya tidak lolos lantaran kualifikasinya tidak memenuhi.
“Kegagalan tahap ini mencapai sekira 30 persen. Oleh karena itu, jangan hanya terpaku pada nama terkenal atau ranking universitas yang tinggi. Universitas yang demikian belum tentu menyediakan apa yang dibutuhkan pelamar. Harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki,” imbuhnya.